Minggu, 17 Oktober 2010


Selasa, 25 Mei 2010

Dokumen KTSP

BAB I
PENDAHULUAN

A.‎ Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan ‎sebuah bangsa, bahkan maju mundurnya sebuah bangsa dapat dilihat dari ‎bagaimana pendidikan berlangsung di sana. Tak pelak Indonesia yang dari ‎waktu ke waktu senantiasa berupaya memperbaiki sistem pendidikannya ‎dengan berbagai konsep kurikulum, seperti yang terakhir ini adalah kurikulum ‎berbasis kompetensi (KBK) dan sekarang kurikulum tingkat satuan ‎pendidikan (KTSP).‎
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan konsep ‎kurikulum mutakhir bagi dunia pendidikan Indonesia. KTSP lebih berbasis ‎kontekstual dan lokalitas di mana sebuah satuan pendidikan berada dengan ciri ‎utama otonomi sekolah dan otonomi guru.‎
Dengan KTSP pendidikan diharapkan dapat mengakomodasi ‎kebutuhan peserta didik di mana ia berada dan guru dapat secara penuh ‎menyusun perangkat pengajaran sesuai kebutuhan eserta didiknya itu dengan ‎memperhatikan asas-asas yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional ‎Pendidikan (BSNP).‎
Dengan demikian, guru dan warga sekolah dituntut untuk ‎memahami secara benar apa dan bagaimana KTSP itu disusun. Maka banyak ‎dilakukan sosialisasi-sosialisasi KTSP, seminar, MGMP, Workshop dan lain ‎sebagainya guna menunjang pemahaman mendalam bagi yang berkompeten ‎tersebut.‎
Dalam penulisan ini dimaksudkan membahas beberapa hal yang ‎berkaiatan dengan pengembangan KTSP, yakni pada dokumen I (satu) dan ‎dokumen II (dua).‎
B.‎ Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan ‎maslah sebagai berikut:‎
‎1.‎ Bagaimana pengembangan dokumen I KTSP?‎
‎2.‎ Bagaimana pengembangan dokumen II KTSP?‎

‎***‎
BAB II
DOKUMEN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
‎(KTSP)‎

A. Pengembangan Dokumen I KTSP
Dokumen I (pertama) disusun oleh tim handal yang dibentuk oleh ‎sekolah dengan melibatkan semua pemangku kepentingan. Pemangku ‎kepentingan tersebut adalah:‎
‎1.‎ Kepala sekolah,‎
‎2.‎ Guru,‎
‎3.‎ Tenaga administrasi,‎
‎4.‎ Pengawas sekolah, dan
‎5.‎ Komite sekolah dan orangtua siswa, serta
‎6.‎ Dinas pendidikan.‎
‎ ‎
Dokumen I KTSP terdiri atas 4 bab, meliputi: ‎
Bab I Pendahuluan:‎
A.‎ Latar Belakang
Dalam latar belakang ini dikemukakan alasan-alasan perlu ‎disusunnya KTSP untuk sekolah. Pada latar belakang ini ‎dirumuskan dua alasan, yakni alasan rasional dan dasar hukum ‎penyusunan KTSP.‎
B.‎ Tujuan
Tujuan pengembangan KTSP perlu dirumuskan untuk menjawab ‎apa kegunaan dan fungsi KTSP untuk setiap orang yang terlibat ‎dalam proses pendidikan khususnya untuk guru.‎
C.‎ Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:‎

‎1.‎ Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan ‎kepentingan peserta didik dan lingkungannya.‎
‎2.‎ Beragam dan terpadu
‎3.‎ Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi ‎dan seni
‎4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
‎5.‎ Menyeluruh dan berkesinambungan
‎6.‎ Belajar sepanjang hayat
‎7.‎ Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah ‎
Bab II Tujuan Pendidikan:‎
A.‎ Tujuan Pendidikan ‎
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah ‎dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut. ‎
‎1.‎ Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, ‎pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan ‎untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.‎
‎2.‎ Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan ‎kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ‎keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan ‎lebih lanjut.‎
‎3.‎ Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan ‎kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ‎keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan ‎lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.‎
B.‎ Visi sekolah ‎
Sebuah visi adalah sasaran akhir yang terukur dan realistis sesuai ‎dengan potensi sekolah yang bersangkutan. Visi bukanlah berisi ‎angan-angan yang abstrak sehingga sulit dicapai, akan tetapi ‎merupakan sasaran yang dirumuskan oleh berbagai komponen ‎sekolah yang dapat dijangkau, sehingga kurikulum dikembangkan ‎untuk mencapai sasaran yang dirumuskan.‎
C.‎ Misi sekolah‎
Misi sekolah berkenaan dengan pertanyaan "upaya apa yang dapat ‎dilakukan untuk mencapai visi sekolah. Dengan demikian, suatu ‎misi harus dapat menggambarkan kondisi dan suasana yang ‎dibangun dalam mencapai suatu visi.‎
Bab III Struktur dan Muatan Kurikulum:‎
A.‎ Mata pelajaran
Mata pelajaran muatan nasional, alokasi jam pelajaran, dan ‎pengelompokan mata pelajaran serta aturan pengelolaan jam ‎pelajaran mengacu pada Bab II Standar Isi.‎
B.‎ Muatan lokal
Muatan Lokal merupakan mata pelajaran yang dikembangkan ‎untuk mengakomodasi kepentingan daerah atau satuan pendidikan. ‎Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar yang ‎akan dicapai dilakukan oleh satuan pendididkan dan/atau Dinas ‎Pendidikan yang terkait.‎
C.‎ Kegiatan pengembangan diri
Kegiatan pengembangan diri merupakan kegiatan yang mewadahi ‎bakat dan minat peserta didik. Tujuan kegiatan pengembangan diri ‎adalah mengembangkan potensi peserta didik, terutama pada ‎perubahan perilaku sesuai dengan target yang dicanangkan oleh ‎satuan pendidikan.‎
D.‎ Pengaturan beban belajar
Pengaturan beban belajar mengacu pada bab III Standar Isi. Beban ‎belajar dalam bentuk tatap muka dirancang bersama oleh satuan ‎pendidikan. Rancangan beban belajar dalam bentuk penugasan ‎terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dirancang oleh ‎guru mata pelajaran.‎
E.‎ Ketuntasan belajar
Ketuntasan belajar adalah target minimal yang akan dicapai oleh ‎satuan pendidikan. Kriteria Ketuntasan minimal (KKM) ‎merupakan hasil analisis atas kompleksitas, daya dukung, dan ‎intake siswa terhadap kompetensi dasar, standar kompetensi, dan ‎mata pelajaran yang dibelajarkan. Agar hasil belajar peserta didik ‎dapat mencapai, bahkan melebihi KKM, satuan pendidikan ‎merancang program remedial dan pengayaan.‎
F.‎ Kenaikan kelas dan kelulusan
Kriteria kenaikan kelas dan kelulusan dikembangkan oleh satuan ‎pendidikan. Acuan minimal kriteria kenaikan kelas adalah ‎Peraturan Dirjen tentang Laporan Hasil Belajar dan POS UN tahun ‎sebelumnya.‎
G.‎ Penjurusan
Berisi kriteria dan mekanisme penjurusan serta strategi/ kegiatan ‎penelusuran bakat, minat dan prestasi yang diperlakukan oleh ‎sekolah, yang disusun mengacu pada: Panduan penjurusan yang ‎akan disusun oleh Direktorat terkait.‎
H.‎ Pendidikan kecakapan hidup
Pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan kecakapan yang ‎diperlukan agar seseorang mampu dan berani menghadapi ‎problema kehidupan dan memecahkannya secara arif dan kreatif. ‎Kecakapan hidup yang perlu dikembangkan adalah kecakapan ‎personal, sosial, dan akademik. Kecakapan vokasional ‎terakomodasi dalam mata pelajaran muatan lokal.‎
I.‎ pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.‎
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dikembangkan ‎dengan memanfaatkan keunggulan lokal dan meningkatkan daya ‎saing global. Keunggulan lokal dapat dikembangkan dalam muatan ‎lokal, pengembangan diri, maupun terintegrasi dalam mata ‎pelajaran.‎
Bab IV Kalender pendidikan
Berisi rancangan kalender sekolah yang mengacu pada ‎kalender dinas pendidikan terkait dan pedoman penyusunan kalender ‎yang terdapat dalam bab IV standar isi.‎
Yang perlu disusun dalam kalender pendidikan adalah :‎
A. Jumlah Minggu Efektif dan Hari Efektif‎
Menentukan alokasi waktu pada dasarnya adalah ‎menentukan minggu efektif dan hari efektif dalam setiap semester ‎pada satu tahun ajaran.‎
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menentukan ‎alokasi waktu pembelajaran yaitu :‎
o Tentukan pada bulan apa kegiatan belajar dimulai dan bulan ‎apa berakhir pada semestre pertama dan kedua.‎
o Tentukan jumlah minggu efektif pada setiap bulan setelah ‎diambil minggu-minggu ujian dan hari libur.‎
o Tentukan hari relajar efektif dalam setiap minggu.‎
B. Perencanaan Program Tahunan
Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu ‎satu tahun ajaran untuk mencapai tujuan (standar kompetensi dan ‎kompetensi dasar ) yang telah ditetapkan. Perencanaan program ‎tahunan diperlukan agar kompetensi dasar yang ada dalam standar ‎isi seluruhnya dapat dicapai oleh siswa. ‎
Dalam program perencanaan menetapkan alokasi waktu ‎untuk setiap kompetensi dasar yang harus dicapai, disusun dalam ‎program tahunan.Dengan demikian, penyusunan program tahunan ‎pada dasarnya adalah menetapkan jumlah waaktu yang tersedia ‎untuk setiap kompetensi dasar.‎
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk ‎mengembangkan program tahunan adalah :‎
o Lihat berapa jam alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran ‎dalam seminggu dalam struktur kurikulum seperti yang telah ‎ditetapkan pemerintah.‎
o Analisis berapa minggu efektif dalam setiap semester seperti ‎yang telah kita tetapkan dalam gambaran alokasi waktu ‎efektif.Melalui analisis tersebut kita dapat menentukan berapa ‎minggu waktu yang tersedia untuk pelaksanaan proses ‎pembelajaran.‎
Penentuan alokasi waktu didasarkan kepada jumlah jam ‎pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku serta ‎keluasan materi yang harus dikuasai oleh siswa.‎
C. Rencana Program Semester
Rencana program semester merupakan penjabaran dari ‎program tahunan. Kalau program tahunan disusun untuk ‎menentukan jumlah jam yang diperlukan untuk mencapai ‎kompetensi dasar, sedangkan dalam program semester diarahkan ‎untuk menjawab minggu keberapa atau pembelajaran untuk ‎mencapai kompetensi dasar itu dilakukan.‎
Cara pengisian format program semester adalah sebagai ‎berikut :‎
o Tentukan standar kompetensi (SK)dan kompetensi dasar (KD) ‎yang ingin dicapai.‎
o Lihat program tahunan yang telah kita susun untuk menentukan ‎alokasi waktu atau jumlah jam pelajaran setiap SK dan KD itu.‎
o Tentukan pada bulan dan minggu ke berapa proses ‎pembelajaran KD itu akan dilaksanakan.‎

B. Pengembangan Dokumen II KTSP
Dokumen II (kedua) merupakan penjabaran secara operasional dari ‎dokumen pertama, terdiri dari: silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ‎‎(RPP)‎
Dokumen II disusun oleh guru kelas dan guru mata pelajaran, atau ‎kelompok kerja guru kelas atau guru mata pelajaran dalam kegiatan organisasi ‎profesi seperti Kelompok Kerja Guru (untuk guru sekolah dasar), Musyawarah ‎Guru Mata Pelajaran (MGMP), atau bahkan Persatuan Guru Republik ‎Indonesia (PGRI). ‎
‎1.‎ Pengembangan Silabus
Silabus dapat diartikan sebagai rancangan program pembelajaran ‎satu atau kelompok mata pelajaran yang berisi tentang standar kompetensi ‎dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa, pokok materi yang ‎harus dipelajari siswa serta bagaimana cara mempelajarinya dan ‎bagaimana cara untuk mengetahui pencapaian kompetensi dasar yang telah ‎ditentukan. Dengan demikian silabus dapat dijadikan pedoman bagi guru ‎dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran setiap kali ‎melaksanakan pembelajaran.‎
a.‎ Prinsip Pengembangan Silabus
‎1.‎ Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam ‎silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara ‎keilmuan. ‎
‎2.‎ Relevan ‎
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian ‎materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, ‎intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik. ‎
‎3.‎ Sistematis ‎
Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara ‎fungsional dalam mencapai kompetensi.‎
‎4.‎ Konsisten ‎
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara ‎kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, kegiatan ‎pembelajaran , sumber belajar, dan sistem penilaian.‎
‎5.‎ Memadai ‎
Cakupan indikator, materi pembelajaran kegiatan pembelajaran , ‎sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang ‎pencapaian kompetensi dasar.‎
‎6.‎ Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pembelajaran kegiatan pembelajaran, ‎sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ‎ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan ‎peristiwa yang terjadi. ‎

‎7.‎ Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman ‎peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di ‎sekolah dan kebutuhan masyarakat.‎
‎8.‎ Menyeluruh ‎
Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi ‎‎(kognitif, afektif, psikomotor). ‎
b. ‎ Unit Waktu Silabus
‎1.‎ Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu ‎yang disediakan untuk mata pelajaran selama penyelenggaraan ‎pendidikan di tingkat satuan pendidikan. ‎
‎2.‎ Penyusunan silabus memperhatikan alokasi waktu yang disediakan ‎per semester, per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang ‎sekelompok.‎
‎3.‎ Implementasi pembelajaran per semester menggunakan penggalan ‎silabus sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ‎untuk mata pelajaran dengan alokasi waktu yang tersedia pada ‎struktur kurikulum. Khusus untuk SMK/MAK menggunakan ‎penggalan silabus berdasarkan satuan kompetensi.‎
c. ‎ Langkah-langkah Pengembangan Silabus
‎1.‎ Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran ‎sebagaimana tercantum pada Standar Isi, dengan memperhatikan ‎hal-hal berikut: ‎
a.‎ urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau ‎tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan ‎yang ada di SI; ‎
b.‎ keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar ‎dalam mata pelajaran;‎
c.‎ keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasar ‎antarmata pelajaran. ‎
‎2.‎ Mengidentifikasi Materi Pembelajaran ‎
Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian ‎kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:‎
a.‎ potensi peserta didik;‎
b.‎ relevansi dengan karakteristik daerah,‎
c.‎ tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan ‎spritual peserta didik;‎
d.‎ kebermanfaatan bagi peserta didik;‎
e.‎ struktur keilmuan;‎
f.‎ aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;‎
g.‎ relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan ‎lingkungan; dan
h.‎ alokasi waktu. ‎
‎3.‎ Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman ‎belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi ‎antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan ‎sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. ‎Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui ‎penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat ‎pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup ‎yang perlu dikuasai peserta didik. ‎
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan ‎pembelajaran adalah sebagai berikut.‎
a.‎ Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan ‎kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat ‎melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.‎
b.‎ Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus ‎dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai ‎kompetensi dasar. ‎
c.‎ Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan ‎hierarki konsep materi pembelajaran. ‎
d.‎ Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal ‎mengandung dua unsur yang mencerminkan pengelolaan ‎pengalaman belajar peserta didik, yaitu kegiatan peserta didik ‎dan materi. ‎
‎4.‎ Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ‎ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur mencakup ‎sikap, pengetahuan, dan keterampilan. ‎
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, ‎mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan ‎dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat ‎diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun ‎alat penilaian. ‎
Kata kerja operasional (KKO) Indikator dimulai dari tingkatan ‎berpikir mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, dekat ke jauh, ‎dan dari konkrit ke abstrak (bukan sebaliknya).‎
Kata kerja operasional pada KD benar-benar terwakili dan teruji ‎akurasinya pada deskripsi yang ada di kata kerja operasional ‎indikator.‎
‎5.‎ Penentuan Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan ‎berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan ‎tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan ‎kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, ‎proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.‎
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, ‎menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil ‎belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan ‎berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna ‎dalam pengambilan keputusan.‎
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian.‎
a.‎ Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi. ‎
b.‎ Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa ‎yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses ‎pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang ‎terhadap kelompoknya.‎
c.‎ Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang ‎berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ‎ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan ‎kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta ‎untuk mengetahui kesulitan siswa.‎
d.‎ Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. ‎Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran ‎berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian ‎kompetensinya di bawah kriteria ketuntasan, dan program ‎pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ‎ketuntasan. ‎
e.‎ Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar ‎yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika ‎pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi ‎lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses ‎misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil ‎melakukan observasi lapangan. ‎
‎6.‎ Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan ‎pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per ‎minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, ‎keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan ‎kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus ‎merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi ‎dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. ‎
‎7.‎ Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang ‎digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak ‎dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, ‎dan budaya. ‎
‎2.‎ Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)‎
a.‎ Pengertian dan Fungsi RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah program ‎perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran ‎untuk setiap kegiatan proses pembelajaran. RPP dikembangkan ‎berdasarkan silabus.‎
b.‎ Komponen-komponen RPP
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen-‎komponen yang satu sama lain saling berkaitan. Dalam RPP minimal ‎ada lima komponen pokok, yaitu tujuan pembelajaran, materi ‎pelajaran, metode, media dan sumber pembelajaran, serta evaluasi.‎

C. Contoh Silabus dan RPP.‎


CONTOH SILABUS PEMBELAJARAN

Madrasah ‎: ‎
Mata Pelajaran ‎: SKI‎
Kelas / Semester ‎: VII / I‎

Standar Kompetensi ‎ ‎ : 3. Memahami sejarah Dakwah Nabi Muhammad SAW periode Madinah ‎


Kompetensi
Dasar Materi
Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian Alokasi
Waktu Sumber
Belajar
‎1‎ ‎2‎ ‎3‎ ‎4‎ ‎5‎ ‎6‎ ‎7‎

‎3.1. Mendeskripsikan ‎sejarah Nabi ‎Muhammad ‎SAW dalam ‎membangun ‎masyarakat ‎melalui kegiatan ‎ekonomi dan ‎perdagangan

Sejarah Nabi ‎Muhammad ‎SAW dalam ‎membangun ‎masyarakat ‎melalui ‎kegiatan ‎ekonomi dan ‎perdagangan ‎di Madinah
• Mencermati motif hijrahnya Nabi ‎Muhammad SAW ke Madinah ‎

• Mencermati sejarah hijrahnya Nabi ‎Muhammad SAW ke Madinah ‎

• Menjelaskan atrategi awal yg ‎ditempuh Nabi di Madinah.‎

• Berdiskusi tentang keberhasilan Nabi ‎Muhammad SAW dalam membangun ‎perekonomian masyarakat Madinah.‎




• Menceritakan motif sejarah hijrahnya ‎Nabi Muhammad SAW ke Madinah

• Menceritakan sejarah hijrahnya Nabi ‎Muhammad SAW ke Madinah.‎

• Mengidentifikasi starategi awal yang ‎ditempuh oleh di Madinah.‎
‎ ‎
• Mengidentifikasi keberhasilan Nabi ‎Muhammad SAW dalam ‎membangun perekonomian ‎masyarakat Madinah ‎

• Meneladani strategi Nabi, kerja ‎keras kaum Muhajirin dalam bidang ‎ekonomi dan keikhlasan kaum ‎Anshar dalam menolong kaum ‎Muhajirin.‎
Tes lisan



Tes lisan



Penugasan



Penugasan



lembar
pengamatan
‎6 X 40’‎ ‎1. Modul SKI Kelas 1.‎
‎2. Reverensi yg relevan:‎
• Buku SKI Depag
• SKI Toha Putra ‎
• SKI Tiga Serangkai
• Ensiklopedi Islam
• SKI (Sya'labi)‎
• SKI (Hasan Ibrahim ‎Hasan)‎
• Internet,‎
• CD/DVD/ Film.‎
‎3.2.Mengambil ‎hikmah dari ‎misi Nabi ‎Muhammad ‎SAW dalam ‎membangun ‎masyarakat ‎melalui ‎kegiatan ‎ekonomi dan ‎perdagangan ‎di kaitkan ‎dengan ‎perkembangan ‎kondisi ‎sekarang Hikmah ‎dari misi ‎Nabi ‎Muhammad SAW ‎dalam ‎membangun ‎masyarakat ‎ • Berdiskusi tentang hikmah ‎dari misi Nabi Muhammad ‎SAW dalam membangun ‎masyarakat Madinah

• Mencari keterkaitan misi ‎dakwah Nabi Muhammad saw ‎dlm membangun masyarakat ‎melalui kegiatan ekonomi di ‎Madinah dengan ekonomi ‎masyarakat Islam di sekitar ‎kita.‎

• Berdiskusi ttg kegiatan ‎dakwah melalui ekonomi/ ‎perdagangan bagi umat Islam ‎di sekitar kita.‎ • Menjelaskan hikmah dari ‎misi Nabi Muhammad SAW ‎dalam membangun ‎masyarakat Madinah
• Menjelaskan keterkaitan ‎misi dakwah Nabi ‎Muhammad saw dlm ‎membangun masyarakat ‎melalui kegiatan ekonomi di ‎Madinah dengan ekonomi ‎masyarakat Islam di sekitar ‎kita.‎

• Mengambil hikmah dari ‎perlunya membangun ‎masyarakat Islam melalui ‎kegiatan ekonomi. ‎ Penugasan





Tes tulis ‎4 X 40’‎
‎3.3.Meneladani ‎semangat ‎perjuangan ‎Nabi dan para ‎Sahabat di ‎Madinah
Kisah ‎teladan ‎dari ‎perjuangan Nabi dan ‎para ‎Sahabat di ‎Madinah
• Mengidentifikasi keteladanan ‎dari perjuangan Nabi dan para ‎Sahabat di Madinah
• Mengidentifikasi keteladanan ‎dari kaum Muhajirin di ‎Madinah
• Mengidentifikasi keteladanan ‎dari kaum anshar di Madinah‎




• meneladani semangat ‎perjuangan Nabi di Madinah
• meneladani semangat ‎perjuangan kaum Muhajirin ‎di Madinah
• meneladani semangat ‎perjuangan kaum Anshar di ‎Madinah

Tes tulis



Tes tulis




Penugasan
‎4 X 40’‎ ‎1. Modul SKI Kelas 1.‎
‎2. Reverensi yg relevan:‎
• Buku SKI Depag
• SKI Toha Putra ‎
• SKI Tiga Serangkai
• Ensiklopedi Islam
• SKI (Sya'labi)‎
• SKI (Hasan Ibrahim ‎Hasan)‎
• Internet,‎
• CD/DVD/ Film.‎


Singkut, 2010‎
Mengetahui,‎ Guru Mapel SKI
Kepala Madrasah




NIP.‎ NIP. ‎


CONTOH RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
‎( R P P )‎

Madrasah ‎:‎ MTsN Singkut
Mata Pelajaran ‎:‎ Sejarah Kebudayaan Islam (SKI)‎
Kelas ‎ ‎:‎ VII / 1‎
Alokasi Waktu ‎ ‎: 6 x 40 menit ‎
Standar Kompetensi ‎ ‎:‎ ‎3.‎ Memahami sejarah Nabi Muhammad SAW ‎periode Madinah
Kompetensi Dasar ‎:‎ ‎3.1‎ Mendeskripsikan sejarah Nabi Muhammad ‎SAW dalam membangun masyarakat melalui ‎kegiatan ekonomi dan perdagangan.‎


A.‎ Indikator
 Menyebutkan motif hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah‎
 Menceritakan sejarah hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah.‎
 Mengidentifikasi strategi awal Nabi di Madinah.‎
 Mengidentifikasi keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam membangun ‎perekonomian masyarakat Madinah.‎
 Meneladani kecakapan Nabi dalam menjalankan starteginya, sikap kerja keras ‎kaum Muhajirin dalam bidang ekonomi dan keikhlasan kaum Anshar dalam ‎menolong kaum Muhajirin.‎
B.‎ Tujuan Pembelajaran‎
 Siswa mampu menyebutkan motif hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke ‎Madinah.‎
 Siswa mampu mencermati sejarah hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke ‎Madinah.‎
 Siswa mampu menjelaskan strategi awal Nabi di Madinah.‎
 Siswa mampu mengidentifikasi keberhasilan Nabi Muhammad SAW ‎dalam membangun perekonomian masyarakat Madinah.‎
 Siswa dapat meneladani kecakan Nabi dalam mengambil strategi, sikap ‎kerja keras kaum Muhajirin dalam bidang ekonomi dan keikhlasan kaum ‎Anshar dalam menolong kaum Muhajirin.‎
C.‎ Materi
 Sejarah Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui ‎kegiatan ekonomi dan perdagangan di Madinah.‎
D.‎ Metode dan Pendekatan Pembelajaran‎
 Metode : Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan, Diskusi
 Pendekatan :‎ Reding Research dari sumber-sumber dan menceritakan ‎kembali.‎
E.‎ Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
 Kegiatan awal
 Siswa berdo’a bersama dengan bimbingan guru.‎
 Guru memotivasi akan pentingnya kompetensi yang akan ‎dipelajari.‎
 Kegiatan Inti ‎
 Siswa membentuk kelompok dengan bimbingan guru menjadi 5 / ‎‎6 kelompok‎
 Siswa membaca buku dan sumber lain tentang motif hijrahnya ‎Nabi Muhammad SAW ke Madinah.‎
 Siswa membaca buku dan sumber lain tentang sejarah hijrahnya ‎Nabi Muhammad SAW ke Madinah‎
 Siswa membaca buku dan sumber lain tentang strategi awal Nabi ‎di Madinah.‎
 Siswa membaca buku tentang keberhasilan Nabi Muhammad ‎SAW dalam membangun perekonomian masyarakat Madinah.‎
 Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil bacaan dan ‎pemahamannya kepada kelompok lainnya dibawah bimbingan ‎guru.‎
 Guru mengapresiasikan hasil masing-masing kelompok.‎
 Guru mengadakan tanya jawab dan menjelaskan tentang motif ‎hijrah, sejarah singkat hijrah, sikap Nabi terhadap kaum Muhajirin ‎dan Anshar serta keberhasilan dakwah Nabi dalam membangun ‎perekonomian masyarakat Madinah.‎
 Guru menjelaskan dan menegaskan perlunya meneladani ‎kecakapan Nabi dalam menjalankan strateginya, sikap kerja keras ‎kaum Muhajirin dalam bidang ekonomi dan keikhlasan kaum Anshar ‎dalam menolong kaum Muhajirin.‎
 Masing-masing kelompok membuat kesimpulan dari ‎pemahamannya.‎
 Kegiatan Akhir
 Guru menekankan pentingnya bersikap sesuai sikap Nabi, kaum ‎Muhajirin dan Anshar dalam kehidupan sehari-hari.‎
 Siswa dan guru merancang pembelajaran berikutnya berdasarkan ‎pengalaman pembelajaran saat itu.‎
 Penutup, doa.‎
F.‎ Sumber Belajar
 Sumber Pokok ‎:‎ Diktat SKI MTs Kelas 1;‎
 Sumber Penunjang ‎:‎ Buku SKI Depag, SKI Toha Putra, SKI Tiga ‎Serangkai, Ensiklopedi Islam, SKI (Sya'labi), SKI ‎‎(Hasan Ibrahim Hasan), Internet, CD/DVD/ Film, ‎dll.‎

G.‎ Penilaian

Indikator ‎Pencapaian ‎Kompetensi Teknik ‎Penilaian Bentuk ‎Penilaian Contoh Instrumen
• Menyebutkan ‎motif hijrahnya ‎Nabi Muhammad ‎SAW ke Madinah Tes lisan Uraian  Sebutkan hal-hal yang ‎menyebabkan Nabi ‎hijrah ke Madinah!‎
• Menceritakan ‎sejarah hijrahnya ‎Nabi Muhammad ‎SAW ke ‎Madinah.‎ Tes lisan Uraian  Ceritakan dengan ‎singkat sejarah ‎hijrahnya Nabi dari ‎Mekah ke Madinah!‎
• Mengidentifikasi ‎strategi awal ‎Nabi di Madinah.‎ Penugasan Tugas  Strategi apakah yang ‎dilakukan oleh Nabi di ‎Madinah?‎
• Mengidentifikasi ‎keberhasilan ‎dakwah Nabi ‎Muhammad SAW ‎dalam ‎membangun ‎perekonomian ‎masyarakat ‎Madinah ‎ Penugasan Tugas  Bagaimanakah langkah ‎yang ditempuh Nabi ‎dalam membangun ‎perekonomian ‎masyarakat Madinah?‎
• Meneladani ‎kecakapan Nabi ‎dalam strategi, ‎kerja keras kaum ‎Muhajirin dalam ‎bidang ekonomi ‎dan keikhlasan ‎kaum Anshar ‎dalam menolong ‎kaum Muhajirin.‎ Lembar ‎Pengamatan Penerapan ‎nilai-nilai ‎teladan ‎  Teladanilah akhlakul ‎karimah/ sikap Nabi ‎Muhammad, kaum ‎Muhajirin dan kaum ‎Anshar!‎



Mengetahui, ‎
Kepala Madrasah





NIP.‎ Singkut , ................................2010‎
Guru Bidang Studi Sejarah ‎Kebudayaan Islam ‎



NIP. ‎

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum yang ‎dikembangkan oleh seluruh warga sekolah, oleh karenanya bagi setiap warga sekolah ‎yang terlibat di dalamnya harus memahami secara benar dalam penyusunan atau ‎pengemabangannya.‎
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) terdiri atas dua dokumen, yakni ‎dokumen I dan dokumen II. Dokumen I berisi empat Bab: ‎
Bab I Pendahuluan:‎
A.‎ Latar Belakang
B.‎ Tujuan
C.‎ Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP

Bab II Tujuan Pendidikan:‎
A.‎ Tujuan Pendidikan ‎
B.‎ Visi sekolah ‎
C.‎ Misi sekolah‎
Bab III Struktur dan Muatan Kurikulum:‎
A.‎ Mata pelajaran
B.‎ Muatan lokal
C.‎ Kegiatan pengembangan diri
D.‎ Pengaturan beban belajar
E.‎ Ketuntasan belajar
F.‎ Kenaikan kelas dan kelulusan
G.‎ Penjurusan
H.‎ Pendidikan kecakapan hidup
I.‎ pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.‎
Bab IV Kalender pendidikan
A. Jumlah Minggu Efektif dan Hari Efektif
B. Perencanaan Program Tahunan
C. Rencana Program Semester
Sedangkan dokumen II (kedua) merupakan penjabaran secara operasional dari ‎dokumen pertama, terdiri dari dua hal: ‎
a.‎ silabus ‎
b.‎ Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)‎
B. Penutup
Penulisan makalah ini pada dasarnya masih jauh dari sempurna, untuk itu ‎penulis tidak menutup diri untuk diberi masukan dan saran. Namun demikian penulis ‎berharap bahwa makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian dan terima kasih.‎

‎***‎
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan ‎Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah (2006)‎
http://www.bintangbangsaku.com/content/dokumen-kurikulum-tingkat-satuan-pendidikan
Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran: teori dan praktek pengembangan ‎kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) (Jakarta: Kencana, 2010).‎

Organisasi Islam dan Pendidikan Islam di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN
A.‎ Latar Belakang Masalah
Sepanjang sejarah Indonesia, organisasi-organisasi kemasyarakatan ‎bermunculan, baik yang berhaluan keagamaan (Islam), maupun berhaluan ‎nasionalis (politik). Kemunculan beberapa organisasi tersebut merupakan bentuk ‎ekspresi rakyat Indonesia dalam melihat dan kepeduliannya terhadap situasi ‎bangsa yang berada di bawah kolonialisme Belanda.‎
Berbagai cara yang dilakukan oleh kolonialis Belanda untuk ‎membendung pergerakan nasionalisme rakyat Indonesia, namun justeru rakyat ‎semakin sadar akan pentingnya membangun kekuatan dengan organisasi-‎organisasi yang mereka bentuk. Dari kesadaran tokoh-tokoh akan pentingnya ‎memperjuangkan rakyat Indonesia dari keterpurukan, beberapa organisasi tersebut ‎akhirnya menyelenggarakan pendidikan untuk rakyat, maka lahirlah sekolah-‎sekolah partikelir (swasta) atas usaha para perintis kemerdekaan.‎
Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa menjelang kemerdekaan ‎banyak bermunculan organisasi-organisasi kemayarakatan, yang secara umum ‎memiliki dua corak, yakni berhaluan politik dan ajaran agama Islam. Diantara ‎organisasi-organisasi yang berhaluan politik antara lain:‎
‎1.‎ Taman Siswa di Yogyakarta;‎
‎2.‎ Sekolah Sarikat Rakyat di Semarang, yang berhaluan komunis;‎
‎3.‎ Ksatrian Institut yang didirikan oleh Dr. Douwes Dekker (Dr. Setiabudi) di ‎Bandung;‎
‎4.‎ Perguruan Rakyat di Jakarta dan di Bandung.‎
Sementara organisasi-organisasi yang berhaluan keagamaan (Islam) antara lain:‎
‎1.‎ Sekolah-sekolah Sarikat Islam;‎
‎2.‎ Sekolah-sekolah Muhammadiyah;‎
‎3.‎ Sumatera Tawalib di Padang;‎
‎4.‎ Sekolah-sekolah Nahdlatul Ulama (NU);‎
‎5.‎ Sekolah-sekolah Persatuan Umat Islam (PUI);‎
‎6.‎ Sekolah-sekolah Al-Jami'atul Washliyah;‎
‎7.‎ Sekolah-sekolah Al-Irsyad;‎
‎8.‎ Sekolah-sekolah formal Islam;‎
Organisasi-organisasi tersebut menandakan tumbuhnya benih-benih ‎nasionalisme dalam pengertian modern.‎ ‎ Dalam perkembangannya organisasi-‎organisasi tersebut mampu berjuang, baik dalam merebut kemerdekaan, maupun ‎kontribusinya dalam pembinaan sumber daya manusia (SDM) pasca ‎kemerdekaan, terutama organisasi-organisasi yang berhaluan agama Islam. ‎Bagaimana kiprah maupun kontribusi organisasi-organisasi tersebut dalam ‎pembinaan sumber daya manusia, khususnya pendidikan Islam?, merupakan hal ‎yang menjadi motif dalam penulisan makalah ini, dan akan diuraikan dalam ‎pebahasan berikutnya.‎
B.‎ Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah ‎sebagai berikut:‎
‎1.‎ Organisasi Islam apa saja yang lahir pada masa pra kemerdekaan?‎
‎2.‎ Bagaimana kontribusi organisasi-organisasi tersebut dalam pendidikan ‎Islam di Indonesia?‎
‎***‎
BAB II
ORGANISASI ISLAM DAN PENDIDIKAN ISLAM ‎
DI INDONESIA
A.‎ Organisasi Islam
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa menjelang kemerdekaan ‎muncul banyak organisasi yang pada dasarnya memperjuangkan kemerdekaan, ‎meski kemudian banyak yang sangat memperhatikan pendidikan Islam pasca ‎kemerdekaan.‎
Diantara oranisasi-organisasi tersebut adalah:‎
‎1.‎ Aljamiatul Al-Khairiyah.‎
Organisasi ini didirikan di Jakarta pada tanggal 17 Juli 1905. Awalnya ‎organisasi ini didirikan oleh orang-orang Arab kemudian namun terbuka untuk ‎semua lapisan masyarakat, dengan tidak mengikat mata pencaharian mereka.‎
Dua bidang yang sangat diperhatikan oleh organisasi ini adalah ‎pendirian dan pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar dan pengiriman anak-‎anak muda ke Turki untuk melanjutkan studi. ‎
Dalam pelaksanaannya sekolah dasar yang dibina mengajarkan ‎berbagai pengetahuan, baik agama maupun umum, seperti berhitung, sejarah ‎‎(Sejarah Islam), Ilmu bumi dan lain-lain. Sedangkan program pengiriman anak-‎anak ke Turki mengalami kendala, sebab di Turki sedang terjadi kemelut dan ‎hasilnya pun dianggap kurang efektif.‎
‎2.‎ Al-Ishlah wal Irsyad
Organisasi ini berdiri pada tahun 1914 yang kemudian dikenal dengan ‎Al Irsyad saja. Para pendirinya adalah orang-orang Arab, sebagaimana pendiri ‎Aljamiatul Al-Khairiyah, salah satunya adalah Syekh Ahmad Surkati yang pada ‎awalnya dari Aljamiatul Al-Khairiyah.‎
Yang menjadi perhatian Al-Ishlah wal Irsyad adalah bidang ‎pendidikan, terutama pendidikan bagi orang-orang Arab dan kemudian meluas ke ‎masyarakat umum di Indonesia. Pergerakan organisasi ini ternyata lebih progresif ‎di banding dengan Al-jamiatul Al-Khairiyah. Ini terlihat dengan banyaknya ‎sekolah di Jakarta yang didirikan oleh organisasi ini, seperti sekolah-sekolah ‎tingkat dasar, sekolah guru, takhasus dua tahun. Hal serupa juga terlihat dengan ‎semangatnya para pengurus mendirikan cabang-cabang di berbagai daerah, seperti ‎di Cirebon, Bumiayu, Tegal, Pekalongan, Surabaya, dan Lawang.‎
‎3.‎ Perserikatan Ulama
Perserikatan Ulama didirikan di Majalengka, Jawa Barat pada tahun ‎‎1911.‎ ‎ Organisasi ini didirikan dalam rangka menegakkan gerakan pembaharuan ‎atas inisiatif Kyai haji Abdul Halim. Pada tahun 1916 dipandang perlu ‎mendirikan lembaga pendidikan yang lebih modern, maka didirikanlah sekolah ‎dengan nama Jam'iyat I'anat al-Muta'alimin yang sangat direspon positif oleh ‎guru-guru di daerah tersebut. Pada tahun 1924 Perserikatan Ulama memperluas ‎daerah operasinya yang meliputi seluruh Jawa dan Madura, serta tahun 1937 ke ‎seluruh Indonesia.‎ ‎ ‎
‎4.‎ Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18 Nopember 1912, bertepatan ‎dengan tanggal 18 Dzul hijjah 1330 H oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta,‎ ‎ ‎dengan tujuan amar ma'ruf nahi munkar yang berakidahkan Islam dan bersumber ‎pada Al-Quran dan Sunah.‎
Menurut Ahmad Dahlan, ada lima faktor yang menyebabkan ia ‎mendirikan Muhammadiyah, yaitu:‎
a)‎ Ia melihat bahwa umat Islam banyak yang sudah tidak memegang ‎teguh Al-Quran dan Sunah dalam beramal, sehingga amal mereka ‎tercampur dengan kemusyrikan, bid'ah, khurafat dan tahayul.‎
b)‎ Lembaga-lembaga agama ketika itu tidak efisien, seperti halnya ‎pesantren. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan saat itu terjadi ‎perpecahan, dimana pendidikan umum (sekuler) dikembangkan oleh ‎Belanda, sedangkan pendidikan agama dibina oleh pesantren, dan di ‎sinilah awal pemisahan istilah ilmu agama dan ilmu umum di ‎Indonesia.‎
c)‎ Kemiskinan yang menimpa sebagian besar rakyat Indonesia, terutama ‎kaum buruh, serta enggannya kaum kaya membayar zakat, sehingga ‎mempertajam jurang pemisah diantar keduanya.‎
d)‎ Aktivitas misionaris Katolik dan Protestan semakin giat sejak awal ‎abad ke-19 yang disubsidi oleh Belanda.‎
e)‎ Secara umum umat Islam hidup dalam fanatisme yang sempit, taklid ‎buta, serta berfikir secara dogmatis, kehidupan Islam masih diwarnai ‎dengan konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme. ‎
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa tujuan Muhammadiyah adalah ‎karena kondisi bagsa dan umat Islam saat itu serta perhatiannya bagi ‎kelangsungan masa depan umat. Untuk itulah banyak didirikan sekolah-sekolah ‎Muhammadiyah, bahkan sampai saat ini bertebaran di seluruh penjuru nusantara. ‎Diantar sekolah-sekolah Muhammadiyah yang tertua adalah:‎
a). Kweekschool Muhammadiyah, Yogyakarta;‎
b). Mu'alimin Muhammadiyah, Solo dan Yogyakarta;‎
c). Mu'alimat Muhammadiyah, Yogyakarta;‎
d). Zu'ama/ Za'imat, Yogyakarta;‎
e). Kulliyah Muballigin/ Muballighat, Madang Panjang
f). Tablighschool, Yogyakarta;‎
g). HIK Muhammadiyah, Yogyakarta;‎
h). HIS, Mulo, AMS, MI, MTs, Gusta Muhammadiyah, dan lain-lain. ‎
‎5. Mathlaul Anwar (MA)‎
Mathlaul Anwar (MA) didirikan pada tanggal 10 Syawal 1334 H, ‎bertepatan dengan tanggal 9 Agustus 1916 M. Di Banten. Organisasi ini bergerak ‎di bidang pendidikan, dakwah dan sosial yang beraqidahkan Islam ala ahlus sunah ‎wal jama'ah.‎ ‎ atas prakarsa KH. Mas Abdurrahman yang lahir di Pandeglang ‎Banten pada tahun 1868. Ia pernah berguru kepada Imam Nawawi al_bantani di ‎Arab, lalu di kampung halamannya bergabung dengan seniornya KH. Enthol, ‎Mohammad Yasin dan KH. Tb. Muhammad Sholeh.‎
Mathlaul Anwar berkembang pesat khususnya di daerah Banten, ‎dimana lembaga-lembaga pendidikan banyak didirikan, mulai tingkat taman ‎kanak-kanak hingga perguruan tinggi, hingga kini masih eksis di sana.‎
‎6. Nahdlatul Ulama (NU)‎
Nahdlatul Ulama atau NU, merupakan organisasi Islam terbesar di ‎Indonesia saat ini. NU didirikan pada tanggal 33 Januari 1926 M bertepatan ‎dengan tanggal 16 Rajab 1344 H. Di Surabaya. Pendiri NU antara lain : KH ‎Hasyim Asy'ari, KH. Abdul Wahab Abdullah, KH. Bisri, KH. Ridwan, KH. ‎Nawawi, KH. R. Asnawi, KH. R. Hambali, K Nakhrawi, KH. Doromuntaha, KH. ‎Alwi Abdul Aziz, dan lain-lain.‎
Maksud dari pendirian NU antara lain adalah memegang teguh salah ‎satu dari mandzhab imam yang empat, yaitu Syafi'i, Maliki, Hanafi, dan Hambali, ‎dan mengerjakan apa-apa yang menjadi kemaslahatan umat Islam. Ikhtiar untuk ‎mencapai maksud tersebut meliputi:‎
a)‎ Mengadakan hubungan dengan ulama-ulama yang bermadzhab ‎sebagaiman tersebut di atas;‎
b)‎ Memeriksa kitab-kitab sebelum digunakan, apakah termasuk dalam ‎kitab ahli sunnah wal jama'ah atau ahli bid'ah;‎
c)‎ Menyiarkan agama Islam berdasarkan pada madzhab tersebut;‎
d)‎ Memperbanyak madrasah-madrasah yang berasaskan Islam;‎
e)‎ Memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan masjid-masjid, ‎surau-surau, pondok-pondok pesantren, juga perhatiannya terhadap ‎anak yatim, dan fakir miskin;‎
f)‎ Mendirikan badan-badan untuk urusan pertanian, pernigaan, ‎perusahaan yang tidak bertentangan dengan syariat Islam.‎
Di bidang pendidikan dan pengajaran formal, Nahdlattul Ulama (NU) ‎membentuk satu bagian khusus yang mengelola kegiatan ini, yakni Al-Ma'arif ‎dan bertugas untuk program pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan yang ‎berada di bawah naungan NU. Berdasarkan konferensi besar NU pada tanggal 23-‎‎26 Februari 1954, ditetapkan susunan sekolah-sekolah NU sebagai berikut:‎
a). Raudlatul Athfal (RA) setingkat Taman Kanak-kanak, 3 tahun;‎
b). SR (Sekolah Rendah) setingkat SD, 6 tahun;‎
c). SMP NU, 3 tahun;‎
d). SMA NU, 3 tahun;‎
e). SGA NU (SPG), 3 tahun;‎
f). MMP NU (Madrasah Menengah Pertama), 3 tahun;‎
g). MMA NU (Madrasah Menengah Atas), 3 tahun;‎
h). Muallimin/ Muallimat NU, 5 tahun.‎
Dalam perkembangan sekarang beberapa diantaranya sudah tidak ‎dibuka lagi dan kemudian lebih banyak dikenal dengan sekolah-sekolah Ma'arif.‎
‎7.‎ Persatuan Islam (Persis)‎
Persatuan Islam yang kemudian disingkat dengan PERSIS ‎merupakan salah satu organisasi Islam di Indonesia yang secara formal didirikan ‎di Bandung pada tanggal 12 September 1923 M (bertepatan dengan 1 Shafar 1342 ‎H).‎
Adapun gerakan perjuangan Persis dapat diklasifikasikan sebagai ‎berikut:‎
‎1. Bidang Keagamaan‎
a)‎ Mengarahkan pada Al-Qur'an dan Al-Sunnah
b)‎ Menghidupkan Ijtihad
c)‎ Membasmi bid'ah, khurafat, takhayul, taklid, dan syirik
d)‎ Memperluas tabligh dan dakwah‎
‎2. Sosial dan Politik‎
a)‎ Panislamisme
b)‎ Nasionalisme
‎3.‎ Bidang Pendidikan ‎
Menurut Deliar Noer sebagaimana dikutip oleh Toto Suharto, ‎bahwa Persis sejak dahulu banyak bergerak dibidang pendidikan dan ‎sosial, hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya kegiatan pendidikan ‎yang dilakukan Persis, dinataranya: tahun 1924 menyelenggaran kelas ‎pendidikan akidak dan ibadah, 1927 menyelenggaran pendidikan Islam ‎bagi sekolah-sekolah Belanda, 1930 mendirikan Pendidikan Islam ‎‎(Pendis), mendirikan Pesantren Persis tahun 1936, dan membuka ‎Pesantren Putri di Bangil tahun 1941.‎

B.‎ Pendidikan Islam di Indonesia
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa pendidikan Islam pada ‎awalnya dikelola oleh sejumlah organisasi Islam yang lahir menjelang ‎kemerdekaan. Kepedulian para pendiri organisasi terhadap kondisi bangsa saat itu ‎mendorong sejumlah langkah untuk mencapai kemerdekaan, termasuk ‎mencerdaskan generasi Islam dari kebodohan.‎
Setelah kemerdekaan tidak serta merta pendidikan Islam yang dirintis ‎berhenti, justeru di antaranya semakin berkembang pesat ke seluruh pelosok ‎negeri. Ini wajar karena bangsa Indonesia baru terbebas dari penjajahan dan ‎berusaha menata kehidupan dengan berbagai potensi sumber daya manusia yang ‎banyak ditempa di lembaga-lembaga pendidikan. Organisas-organisasi yang ‎membentuk lembaga pendidikan sebagaimana disebutkan di atas adalah:‎
‎1.‎ Alamiatul Al-Khairiyah.‎
‎2.‎ Al-Ishlah wal Irsyad
‎3.‎ Perserikatan Ulama
‎4.‎ Muhammadiyah
‎5.‎ Mathlaul Anwar (MA)‎
‎6.‎ Nahdlatul Ulama (NU)‎
‎7.‎ Persatuan Islam (Persis)‎
Dari ketujuh organisasi ini yang masih eksis antara lain sekolah-‎sekolah Muhammadiyah yang tersebar di seluruh pelosok negeri, dari tingkat RA ‎hingga perguruan tinggi. Pusat persebaran tertua adalah di Yogyakarta dan di ‎Sumatera Barat. Sekolah-sekolah Mathlaul Anwar juga masih eksis, namun ‎terfokus di Menes Banten, walaupun dalam skup kecil banyak tersebar ke daerah ‎Lampung dan daerah linnya di Sumatera, Sulawesi dan lain-lain. Pendidikan ‎Mathlaul Anwar juga meliputi tingkat RA hingga perguruan tinggi. ‎
Sementara pendidikan yang dibina oleh Nahdlatul Ulama dalam ‎organisasi otonom Al-Ma'arif juga masih eksis dan tersebar di seluruh penjuru ‎negeri. Al-ma'arif juga membina pandidikan mulai tingkat RA/ atau TK hingga ‎perguruan tinggi. Demikian juga dengan pendidikan yang dibina oleh Persatuan ‎Islam (Persis) hingga kini masih eksis, khususnya di daerah Bandung dan Bangil ‎Jawa Timur sebagai baisis dengan pesantren dan sekolahnya yang dalam ‎penyelenggaraannya pada masa awal-awal tidak berdasarkan kurikulum ‎pemerintah, namun menggunakan kurikulum tersendiri.‎
Pendidikan Islam yang banyak dirintis oleh beberapa organisasi ‎keagamaan itu kemudian tumbuh dan berkembang hingga saat ini. Di samping itu ‎yang kemudian muncul adalah persoalan dimana masing-masing organisasi ‎membawa misi faham ajaran sesuai organisasinya masing-masing namun ‎demikian terbukti membawa eksistensi pendidikan Islam di Indonesia hingga ‎sekarang.‎

‎***‎

BAB III
PENUTUP
A.‎ Kesimpulan
Menjelang kemerdekaan banyak bermunculan organisasi yang peduli ‎terhadap kondisi bangsa saat itu yang berada dalam kerangkeng penjajahan ‎Belanda. Dengan semangat para tokoh-tokoh terpelajar mendirikan organisasi-‎oranisasi baik yang secara terang-terangan berhaluan politik untuk merdeka, ‎maupun yang berhaluan agama yang secara tersirat untuk berjuang jihad mengusir ‎penjajah. ‎
Seiring pendirian organisasi tersebut, pandidikan mulai digalakkan ‎agar masyarakat terbebas dari kebodohan dan keterbelakangan yang menyebabkan ‎terus-menerus dijajah. Berawal dari itulah pendidikan Islam khususnya banyak ‎diajarkan, hingga pada khirnya pendidikan agama terus berkembang hingga ‎sekarang.‎
Dianatar organisasi-organisasi tersebut yang masih dapat kita jumpai ‎saat ini dalam kiprahnya di dunia pendidika Islam, antara lain, Muhammadiyah, ‎Mathlaul Anwar, Nahdlatul Ulama (Al-Ma'arif), dan Persis yang tersebar di ‎beberapa daerah di Indonesia.‎
B.‎ Penutup
Penulisan makalah ini pada dasarnya masih jauh dari sempurna, ‎untuk itu penulis tidak menutup diri untuk diberi masukan dan saran. Namun ‎demikian penulis berharap bahwa makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian ‎dan terima kasih.‎

‎***‎




DAFTAR PUSTAKA

Anshari, Hafizh (ed) , ENSIKLOPEDI ISLAM (Jakarta: PT Ichtiar Baru van ‎Hoeve, 2002)‎
Djamaluddin, dan Abdullah Aly, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Bandung: CV ‎Pustaka Setia, 1999)‎
PB. Mathlaul Anwar, AD/ ART: Program Umum dan Personalia Pengurus Besar ‎Mathlaul Anwar 1996-2001 (Jakarta: PB. Mathlaul Anwar, 1996)‎
Suharto, Toto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta, Ar-Ruzz, 2006) ‎
Widodo, Sembodo Ardi, Pendidikan Islam di Indonesia: Dasar Pemikiran dan ‎Implementasi (Yogyakarta: Pustaka Felicha, 2009)‎
Yatim, Badri, Sejarah peradaban Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, ‎‎2008)‎

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

BAB I
PENDAHULUAN

A.‎ Latar Belakang Masalah
Karya tulis ilmiah merupakan produk dari sebuah kegiatan ilmiah ‎yang pada umumnya memiliki tujuan mendapat pengakuan scientifik objektive ‎untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, dengan pemaparan teori-teori ‎baru yang sahih serta handal; dan Pengakuan praticial objektive guna ‎membantu pemecahan problem praktisi yang mendesak.‎
Untuk mencapai kedua tujuan tersebut, sebuah penelitian harus ‎memiliki kebenaran yang dapat diuji, sehingga hasil yang diperoleh dapat ‎dipertanggung jawabkan secara faktual. Uji keabsahan data dalam penelitian ‎secara umum ditekankan pada validitas dan reliabilitas.‎ ‎ Apa dan bagaimana ‎validitas dan reliabilitas instrument dalam sebuah penelitian akan dibahas ‎lebih lanjut pada bahsan berikutnya.‎
B.‎ Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah ‎sebagai berikut:‎
‎1.‎ Apa pengertian validitas dan reliabilitas Instrumen?‎
‎2.‎ Bagaimana validitas instrumen dalam penelitian?‎
‎3.‎ Bagaimana reliabilitas instrumen dalam penelitian?‎

‎***‎
BAB II
VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

A.‎ Pengertian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
‎1. Validitas‎
Validitas berasal dari kata validity yang berarti kebenaran atau ‎keabsahan.‎ ‎ Sedangkan menurut istilah validity mempunyai arti sejauhmana ‎ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. ‎Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatan mempunyai validitas yang ‎tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan ‎hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. ‎Sebuah tes atau instrumen yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan ‎tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes atau instrumen yang memiliki ‎validitas rendah.‎
Validitas juga dapat dikatakan sebagai derajat ketepatan antara data ‎yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh ‎peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda ‎antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya ‎terjadi pada objek penelitian.‎ ‎ Sebagai contoh, jika dalam objek penelitian di ‎sebuah lembaga pendidikan terdapat guru yang tidak profesional, maka ‎peneliti melaporkan bahwa guru di sebuah lembaga pendidikan itu tidak ‎profesional. Bila peneliti melaporkan yang tidak sesuai, maka data yang ‎disampaikan tersebut dapat dinyatakan tidak valid.‎
Seperti diuraikan di atas, validitas menunjukkan sejauh mana suatu ‎alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sekiranya peneliti ‎menggunakan kuisioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka ‎kuisioner yang disusunya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Setelah ‎kuisioner tersebut disusun dan teruji validitasnya, dalam praktek belum tentu ‎data yang terkumpul adalah data yang valid. Banyak hal-hal lain yang dapat ‎mengurangi validitas data; misalnya apakah pewawancara betul-betul ‎mengikuti petunjuk yang telah ditetapkan dalam kuisioner. Selain itu validitas ‎data akan ditentukan oleh keadaan responden sewaktu diwawancara.‎
‎2. Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti "hal dapat ‎dipercaya" dan "hal tahan uji".‎ ‎ Reliabilitas memiliki beberapa nama, seperti ‎keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi dan lain ‎sebagainya. Sementara menurut istilah penelitian, reliabilitas adalah ‎sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Pengukuran yang ‎memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel ‎‎(reliable).‎
Dalam pengertian serupa, reliabilitas adalah indeks yang ‎menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat ‎diandalkan. Bila suatu alat pengukur digunakan dua kali untuk mengukur ‎gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif sama atau ‎konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain reabilitas ‎menunjukkan konsisten suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang ‎sama.‎


B.‎ Validitas Instrumen dalam Penelitian
Validitas sebuah instrumen, menurut para ahli dapat dikelompokkan ‎ke dalam beberapa bagian, diantaranya: ‎
a.‎ Jenis Validitas
a.‎ Validitas konstruk
Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Misalkan seorang ‎peneliti ingin mengukur konsep religiusitas.‎ ‎ Pertama-tama yang harus ‎dilakukan oleh peneliti ialah mencari apa saja yang menjadi kerangka dari ‎konsep tersebut. ‎
Untuk mencari kerangka konsep tersebut perlu ditempuh dengan ‎berbagai cara, misalnya :‎
‎1).‎ Mencari defenisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang ‎tertulis di dalam literatur;‎
‎2).‎ Kalau sekiranya di dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi ‎konsep yang ingin diukur, peneliti harus mendefinisikan sendiri ‎konsep tersebut. Untuk membantu penyusunan definisi dan ‎mewujudkan definisi tersebut ke dalam bentuk yang operasional, ‎peneliti disarankan untuk mendiskusikan konsep tersebut dengan ‎ahli-ahli yang berkompeten di bidang konsep yang akan diukur. ‎Kemudian pendapat para ahli dan peneliti dicarai kesamaannya;‎
‎3).‎ Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon ‎responden, atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang ‎sama dengan responden.‎
Contoh dari pendekatan pertama adalah konsep religiusitas-nya ‎Glock dan Stark (1963). Menurut kedua ahli tersebut, untuk mengetahui ‎kadar religiusitas individu dapat dipakai kerangka sebagai berikut:‎
• Keterlibatan ritual;‎
• Keterlibatan ideologis;‎
• Keterlibatan intelektual;‎
• Keterlibatan pengalaman;‎
• Keterlibatan secara konsekuen.‎
b.‎ Validitas isi
Validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi ‎alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai ‎aspek kerangka konsep. Misalkan seorang peneliti menggunakan ‎konsepnya Glock dan Stark (1963) sebagaimana di atas, namun ia hanya ‎memasukkan tiga aspek saja dari lima aspek yang merupakan kerangka ‎konsep, maka instrumen yang digunkan tidak memiliki validitas isi yang ‎tinggi.‎ ‎ ‎
c.‎ Validitas eksternal
Validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan cara ‎mengkorelasikan alat pengukur baru dengan tolok ukur eksternal, berupa ‎alat ukur yang sudah valid,‎ ‎ atau antara satu instrumen yang sudah valid ‎dengan instrumen lain dan memiliki hasil yang relatif sama. Contoh untuk ‎mengukur status ekonomi keluarga misalkan dengan penghasilan keluarga; ‎kepemilikan barang berharga; jenis makanan yang dimakan dan ‎pemenuhan gizi-kalori setiap hari. Ketiga aspek tersebut memiliki hasil ‎yang sama dalam mengukur status ekonomi keluarga.‎
d.‎ Validitas prediktif
Validitas prediktif adalah tingkat kebenaran pada sebuah alat ‎atau instrumen untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan ‎datang. Contoh instrumen yang digunakan pada saat ujian seleksi ke ‎perguruan tinggi. Ujian tersebut memprediksi apa yang terjadi pada masa ‎yang akan datang berkaitan dengan mahasiswa. Peserta yang lulus seleksi ‎dengan nilai baik, diprediksikan akan mampu mengikuti pelajaran di ‎perguruan tinggi dengan sukses.‎
e.‎ Validitas budaya
Validitas budaya adalah validitas sebuah instrumen yang ‎berhubungan dengan budaya-budaya yang ada. Instrumen yang valid, ‎dapat memberikan hasil yang sama dalam penelitian terhadap budaya yang ‎berbeda, karena pada umumnya sebuah instrumen dapat valid ketikan ‎digunakan dalam penelitian budaya tertentu, namun tidak valid ketika ‎digunakan dalam penelitian budaya yang lain.‎
Contohnya kuisioner interaksi keluarga yang digunakan di ‎negara-negara Barat tidak sesuai dengan di Indonesia. Di Barat ‎menggunakan konsep nuclear family yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan ‎anak, sedangkan di Indonesia keluarga didasarkan pada extended family ‎yang tidak hanya melibatk¬an ayah, ibu dan anak saja, namun keluarga ‎dekat lainnya.‎
f.‎ Validitas rupa
Validitas rupa adalah jenis validitas yang berbeda dengan jenis ‎validitas yang dikemukanakan di atas. Berbeda dengan jenis validitas ‎lainnya, validitas rupa tidak menunjukkan apakah alat pengukur ‎‎(instrumen) mengukur apa yang ingin diukur; validitas rupa hanya ‎menunjukkan bahwa dari segi "rupanya" suatu alat pengukur tampaknya ‎mengukur apa yang ingin diukur.‎
Contohnya untuk mengukur kemampuan mengendarai mobil, ‎seorang sopir harus disuruh mengendarai mobil, atau menggunakan alat ‎simulasi yang mirip dengan keadaan sesungguhnya. Cara pengukuran ‎yang demikian memiliki validitas rupa. Sedangkan bila pengukuran ‎kemampuan mengendarai mobil dilakukan dengan ujian tertulis tentang ‎teknik mengendarai mobil, maka alat pengukur (instrumen) tersebut ‎kurang memiliki validitas rupa.‎
Dalam penelitian survai, validitas rupa instrumen bukanlah hal ‎yang menjadi masalah penting. Hal ini disebabkan dalam penelitian survai ‎alat ukur (instrumen) yang digunakan biasanya berupa kuisioner yang ‎tujuannya mencari fakta, bukannya untuk mengukur kemampuan ‎seseorang dalam aspek tertentu, seperti tingkat kecerdasan, kemampuan, ‎bakat dan keterampilan.‎
b.‎ Cara Menguji Validitas
Dalam pembahasan ini akan dijelaskan secara sederhana cara ‎menguji validitas alat pengukur (instrumen). Salah satunya mendefinisikan ‎secara operasional konsep yang diukur, sebagaimana diuraikan di atas, yakni :‎
i Mencari defenisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang ‎tertulis di dalam literatur;‎
ii Kalau sekiranya di dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi ‎konsep yang ingin diukur, peneliti harus mendefinisikan sendiri ‎konsep tersebut. Untuk membantu penyusunan definisi dan ‎mewujudkan definisi tersebut ke dalam bentuk yang operasional, ‎peneliti disarankan untuk mendiskusikan konsep tersebut dengan ahli-‎ahli yang berkompeten di bidang konsep yang akan diukur. Kemudian ‎pendapat para ahli dan peneliti dicari kesamaannya;‎
iii Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon ‎responden, atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama ‎dengan responden.‎
Dari ketiga cara tersebut sebaiknya digunakan semua agar tercapai ‎validitas instrumen yang tinggi. Dalam contoh berikut, operasioanalisasi ‎konsep "nilai anak" didasarkan pada rumusan yang diajukan oleh Arnold dan ‎Fawcett (1975). Menurut kedua ahli ini, dengan memiliki anak, orang tua akan ‎memperoleh hal-hal yang menguntungkan atau hal-hal yang merugikan. Apa ‎yang diperoleh tersebut dapat digolongkan ke dalam empat kelompok nilai, ‎yakni nilai positif, nilai negatif, nilai keluarga besar, dan nilai keluarga kecil.‎
Sebagai contoh akan dikemukakan dua nilai saja, yakni nilai positif ‎dan nilai negatif. Nilai positif merupaka keuntungan karena memiliki anak, ‎dinataranya:‎
 Keuntungan emosional
 Keuntungan ekonomi dan rasa aman
 Pengayaan dan pengembangan diri
 Identifikasi pada anak
 Kemesraan keluarga dan keutuhan perkawinan
Nilai negatif adalah hal-hal yang merugikan karena memiliki anak, ‎terdiri atas:‎
 Beban emosional
 Beban ekonomi
 Berkurangnya keleluasaan dan kesempatan
 Beban tenaga
 Beban bagi keluarga.‎
Hal-hal yang bernilai positif atau negatif tersebut selanjutnya harus ‎dijabarkan ke dalam pertanyaan atau pernyataan yang lebih operasional, ‎berikut akan dikemukakan nilai positif dan negatif, masing-masing dua saja.‎
 Keuntungan emosional (rasa senang, cinta, damai karena memiliki ‎anak). Pernyataan dalam skala pengukuran:‎
a.‎ Orang yang tidak mempunyai anak tidak akan dapat merasakan ‎kebahagiaan yang sesungguhnya.‎
b.‎ Orang yang memiliki anak tidak akan kesepian di dalam hidupnya.‎
c.‎ Kehadiran anak-anak membuat suasana rumah menjadi meriah.‎
 Keuntungan ekonomi dan rasa aman (diperoleh dari anak berupa ‎sumbangan ekonomis, seperti sumbangan tenaga kerja, uang, dan ‎jaminan ekonomi di hari tua)contoh pernyataan:‎
a.‎ Banyak anak, banyak rezeki.‎
b.‎ Dengan banyak anak, pekerjaan di rumah menjadi ringan.‎
c.‎ Anak adalah jaminan hidup di masa tua.‎
 Beban emosional (kerugian yang didapat orang tua karena memiliki ‎anak: rasa jengkel, ketidaktenangan pikiran dan lain-lain).‎
a.‎ Memiliki anak membuat pikiran tidak pernah tenang.‎
b.‎ Anak adalah sumber kecemasan dalam hidup.‎
c.‎ Hidup ini akan lebih bahagia bila tidak memiliki anak.‎
 Beban ekonomi (kerugian secara finansial). Contohnya:‎
a.‎ Banyak anak, keuangan keluarga akan murat-marit.‎
b.‎ Dengan memiliki anak, kemewahan hidup akan berkurang..‎
c.‎ Hidup tanpa anak akan lebih menjamin ekonomi keluarga.‎
Setiap pernyataan tersebut disertai alternatif jawaban yang harus ‎dipilih responden. Alternatif jawaban bisa bermacam-macam bentuknya, salah ‎satu bentuk umum yang dipakai adalah:‎
a.‎ Sangat setuju
b.‎ Setuju
c.‎ Tidak berpendapat (netral)‎
d.‎ Tidak setuju
e.‎ Sangat tidak setuju.‎
Untuk pernyataan nilai positif, jawaban tersebut dinilai dengan angka ‎sebagai berikut:‎
a.‎ Sangat setuju ‎5‎
b.‎ Setuju ‎4‎
c.‎ Tidak berpendapat (netral)‎ ‎3‎
d.‎ Tidak setuju ‎2‎
e.‎ Sangat tidak setuju.‎ ‎1‎
Sedangkan untuk pernyataan nilai negatif, jawaban tersebut dinilai ‎dengan angka sebagai berikut:‎
a.‎ Sangat setuju ‎1‎
b.‎ Setuju ‎2‎
c.‎ Tidak berpendapat (netral)‎ ‎3‎
d.‎ Tidak setuju ‎4‎
e.‎ Sangat tidak setuju.‎ ‎5‎
C.‎ Reliabilitas Instrumen dalam Penelitian
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa reliabilitas adalah indeks ‎yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau ‎dapat diandalkan, dapat digunakan untuk beberapa penelitian berbeda dengan ‎hasil yang konsisten sama. ‎
Berhubung gejala sosial tidak semantap gejala fisik, maka dalam ‎pengukuran gejala sosial selalu diperhitungkan unsur kesalahan pengukuran ‎‎(measurement error). Dalam penelitian sosial, kesalahan pengukuran ini ‎cukup besar. Karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran yang sebenarnya, ‎kesalahan pengukuran ini sangat diperhitungkan. ‎
Setiap hasil pengukuran sosial selalu merupakan kombinasi atau ‎gabungan antara hasil pengukuran yang sesungguhnya (true score) ditambah ‎dengan kesalahan pengukuran. Secara rumusan matematik, keadaan tersebut ‎digambarkan sebagai berikut:‎
Xo = Xt + Xc
Xo = Angka yang diperoleh (obtained score).‎
Xt = Angka yang sebenarnya (true score).‎
Xc = Kesalahan pengukuran (measurement error).‎
Makin kecil kesalahan pengukuran, makin reliabel alat pengukur ‎‎(instrument) tersebut. Sebaliknya, makin besar kesalahan pengukuran, makin ‎tidak reliabel insrumen tersebut.‎
Besar kecilnya kesalahan pengukuran dapat diketahui antara lain dari ‎indeks korelasi antar hasil pengukuran pertama dan kedua. Bila angka korelasi ‎‎(r) dikuadratkan, hasil kuadrat ini disebut dengan 'koefisien determinasi' yang ‎merupakan petunjuk besarnya hasil pengukuran yang sebenarnya. Makin ‎tinggi angka korelasi, makin rendah angka kesalahan pengukuran. ‎

‎***‎
BAB III
PENUTUP
A.‎ Kesimpulan ‎
‎1.‎ Validitas berasal dari kata validity yang berarti kebenaran atau keabsahan. ‎Sedangkan menurut istilah validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan ‎dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. ‎Sedangkan reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti "hal dapat ‎dipercaya" dan "hal tahan uji". Reliabilitas memiliki beberapa nama, ‎seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi dan ‎lain sebagainya. Sementara menurut istilah penelitian, reliabilitas adalah ‎sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Pengukuran yang ‎memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel.‎
‎2.‎ Validitas sebuah instrumen, menurut para ahli dapat dikelompokkan ke ‎dalam beberapa bagian, diantaranya:‎
a.‎ Jenis Validitas
‎-‎ Validitas konstruk
‎-‎ Validitas isi
‎-‎ Validitas eksternal
‎-‎ Validitas prediktif
‎-‎ Validitas budaya
‎-‎ Validitas rupa
b.‎ Cara Menguji Validitas
Diantaranya menggunkan tiga konsep berikut ini: ‎
‎-‎ Mencari defenisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang ‎tertulis di dalam literatur;‎
‎-‎ Jika tidak ada konsep, peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep ‎dengan mendiskusikannya kepada ahli-ahli yang berkompeten di ‎bidang konsep yang akan diukur. ‎
‎-‎ Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon ‎responden, atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang ‎sama dengan responden.‎
Dari ketiga konsep tersebut, kemudian dioperasionalisasikan ke dalam ‎pernyataan atau pertanyaan.‎
‎3.‎ Dalam pengukuran reliabilitas, kesalahan selalu diperhitungkan. ini ‎didasarkan pada gejala sosial yang tidak semantap gejala fisik, sehingga ‎sering terjadi kesalahan. Makin kecil kesalahan pengukuran, makin ‎reliabel alat pengukur (instrument) tersebut. Sebaliknya, makin besar ‎kesalahan pengukuran, makin tidak reliabel insrumen tersebut.‎
B.‎ Saran dan Kata Penutup
Penulisan makalah ini pada dasarnya masih jauh dari sempurna, untuk ‎itu penulis tidak menutup diri untuk diberi masukan dan saran. Namun demikian ‎penulis berharap bahwa makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian dan terima ‎kasih.‎
‎***‎
DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Djamaludin dalam Masri Singaribun dan Sofian Efendi, Metode ‎Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, 2006.‎
Azwar, Saifuddin, Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.‎
Djuntoro, Totok dan Bambang Suprijadi, menulis artikel & Karya Ilmiah, Bandung: ‎Rosdakarya, 2005.‎
Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2003.‎
Partanto, Pius A. dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: ‎Arbola, 2001.‎
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2008.‎

‎***‎