BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya tulis ilmiah merupakan produk dari sebuah kegiatan ilmiah yang pada umumnya memiliki tujuan mendapat pengakuan scientifik objektive untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, dengan pemaparan teori-teori baru yang sahih serta handal; dan Pengakuan praticial objektive guna membantu pemecahan problem praktisi yang mendesak.
Untuk mencapai kedua tujuan tersebut, sebuah penelitian harus memiliki kebenaran yang dapat diuji, sehingga hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan secara faktual. Uji keabsahan data dalam penelitian secara umum ditekankan pada validitas dan reliabilitas. Apa dan bagaimana validitas dan reliabilitas instrument dalam sebuah penelitian akan dibahas lebih lanjut pada bahsan berikutnya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian validitas dan reliabilitas Instrumen?
2. Bagaimana validitas instrumen dalam penelitian?
3. Bagaimana reliabilitas instrumen dalam penelitian?
***
BAB II
VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN
A. Pengertian Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Validitas
Validitas berasal dari kata validity yang berarti kebenaran atau keabsahan. Sedangkan menurut istilah validity mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Sebuah tes atau instrumen yang menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran dikatakan sebagai tes atau instrumen yang memiliki validitas rendah.
Validitas juga dapat dikatakan sebagai derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Sebagai contoh, jika dalam objek penelitian di sebuah lembaga pendidikan terdapat guru yang tidak profesional, maka peneliti melaporkan bahwa guru di sebuah lembaga pendidikan itu tidak profesional. Bila peneliti melaporkan yang tidak sesuai, maka data yang disampaikan tersebut dapat dinyatakan tidak valid.
Seperti diuraikan di atas, validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sekiranya peneliti menggunakan kuisioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka kuisioner yang disusunya harus mengukur apa yang ingin diukurnya. Setelah kuisioner tersebut disusun dan teruji validitasnya, dalam praktek belum tentu data yang terkumpul adalah data yang valid. Banyak hal-hal lain yang dapat mengurangi validitas data; misalnya apakah pewawancara betul-betul mengikuti petunjuk yang telah ditetapkan dalam kuisioner. Selain itu validitas data akan ditentukan oleh keadaan responden sewaktu diwawancara.
2. Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti "hal dapat dipercaya" dan "hal tahan uji". Reliabilitas memiliki beberapa nama, seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi dan lain sebagainya. Sementara menurut istilah penelitian, reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable).
Dalam pengertian serupa, reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Bila suatu alat pengukur digunakan dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif sama atau konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain reabilitas menunjukkan konsisten suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.
B. Validitas Instrumen dalam Penelitian
Validitas sebuah instrumen, menurut para ahli dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, diantaranya:
a. Jenis Validitas
a. Validitas konstruk
Konstruk adalah kerangka dari suatu konsep. Misalkan seorang peneliti ingin mengukur konsep religiusitas. Pertama-tama yang harus dilakukan oleh peneliti ialah mencari apa saja yang menjadi kerangka dari konsep tersebut.
Untuk mencari kerangka konsep tersebut perlu ditempuh dengan berbagai cara, misalnya :
1). Mencari defenisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang tertulis di dalam literatur;
2). Kalau sekiranya di dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep yang ingin diukur, peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Untuk membantu penyusunan definisi dan mewujudkan definisi tersebut ke dalam bentuk yang operasional, peneliti disarankan untuk mendiskusikan konsep tersebut dengan ahli-ahli yang berkompeten di bidang konsep yang akan diukur. Kemudian pendapat para ahli dan peneliti dicarai kesamaannya;
3). Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden, atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden.
Contoh dari pendekatan pertama adalah konsep religiusitas-nya Glock dan Stark (1963). Menurut kedua ahli tersebut, untuk mengetahui kadar religiusitas individu dapat dipakai kerangka sebagai berikut:
• Keterlibatan ritual;
• Keterlibatan ideologis;
• Keterlibatan intelektual;
• Keterlibatan pengalaman;
• Keterlibatan secara konsekuen.
b. Validitas isi
Validitas isi suatu alat pengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep. Misalkan seorang peneliti menggunakan konsepnya Glock dan Stark (1963) sebagaimana di atas, namun ia hanya memasukkan tiga aspek saja dari lima aspek yang merupakan kerangka konsep, maka instrumen yang digunkan tidak memiliki validitas isi yang tinggi.
c. Validitas eksternal
Validitas eksternal adalah validitas yang diperoleh dengan cara mengkorelasikan alat pengukur baru dengan tolok ukur eksternal, berupa alat ukur yang sudah valid, atau antara satu instrumen yang sudah valid dengan instrumen lain dan memiliki hasil yang relatif sama. Contoh untuk mengukur status ekonomi keluarga misalkan dengan penghasilan keluarga; kepemilikan barang berharga; jenis makanan yang dimakan dan pemenuhan gizi-kalori setiap hari. Ketiga aspek tersebut memiliki hasil yang sama dalam mengukur status ekonomi keluarga.
d. Validitas prediktif
Validitas prediktif adalah tingkat kebenaran pada sebuah alat atau instrumen untuk mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Contoh instrumen yang digunakan pada saat ujian seleksi ke perguruan tinggi. Ujian tersebut memprediksi apa yang terjadi pada masa yang akan datang berkaitan dengan mahasiswa. Peserta yang lulus seleksi dengan nilai baik, diprediksikan akan mampu mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan sukses.
e. Validitas budaya
Validitas budaya adalah validitas sebuah instrumen yang berhubungan dengan budaya-budaya yang ada. Instrumen yang valid, dapat memberikan hasil yang sama dalam penelitian terhadap budaya yang berbeda, karena pada umumnya sebuah instrumen dapat valid ketikan digunakan dalam penelitian budaya tertentu, namun tidak valid ketika digunakan dalam penelitian budaya yang lain.
Contohnya kuisioner interaksi keluarga yang digunakan di negara-negara Barat tidak sesuai dengan di Indonesia. Di Barat menggunakan konsep nuclear family yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak, sedangkan di Indonesia keluarga didasarkan pada extended family yang tidak hanya melibatk¬an ayah, ibu dan anak saja, namun keluarga dekat lainnya.
f. Validitas rupa
Validitas rupa adalah jenis validitas yang berbeda dengan jenis validitas yang dikemukanakan di atas. Berbeda dengan jenis validitas lainnya, validitas rupa tidak menunjukkan apakah alat pengukur (instrumen) mengukur apa yang ingin diukur; validitas rupa hanya menunjukkan bahwa dari segi "rupanya" suatu alat pengukur tampaknya mengukur apa yang ingin diukur.
Contohnya untuk mengukur kemampuan mengendarai mobil, seorang sopir harus disuruh mengendarai mobil, atau menggunakan alat simulasi yang mirip dengan keadaan sesungguhnya. Cara pengukuran yang demikian memiliki validitas rupa. Sedangkan bila pengukuran kemampuan mengendarai mobil dilakukan dengan ujian tertulis tentang teknik mengendarai mobil, maka alat pengukur (instrumen) tersebut kurang memiliki validitas rupa.
Dalam penelitian survai, validitas rupa instrumen bukanlah hal yang menjadi masalah penting. Hal ini disebabkan dalam penelitian survai alat ukur (instrumen) yang digunakan biasanya berupa kuisioner yang tujuannya mencari fakta, bukannya untuk mengukur kemampuan seseorang dalam aspek tertentu, seperti tingkat kecerdasan, kemampuan, bakat dan keterampilan.
b. Cara Menguji Validitas
Dalam pembahasan ini akan dijelaskan secara sederhana cara menguji validitas alat pengukur (instrumen). Salah satunya mendefinisikan secara operasional konsep yang diukur, sebagaimana diuraikan di atas, yakni :
i Mencari defenisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang tertulis di dalam literatur;
ii Kalau sekiranya di dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep yang ingin diukur, peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Untuk membantu penyusunan definisi dan mewujudkan definisi tersebut ke dalam bentuk yang operasional, peneliti disarankan untuk mendiskusikan konsep tersebut dengan ahli-ahli yang berkompeten di bidang konsep yang akan diukur. Kemudian pendapat para ahli dan peneliti dicari kesamaannya;
iii Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden, atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden.
Dari ketiga cara tersebut sebaiknya digunakan semua agar tercapai validitas instrumen yang tinggi. Dalam contoh berikut, operasioanalisasi konsep "nilai anak" didasarkan pada rumusan yang diajukan oleh Arnold dan Fawcett (1975). Menurut kedua ahli ini, dengan memiliki anak, orang tua akan memperoleh hal-hal yang menguntungkan atau hal-hal yang merugikan. Apa yang diperoleh tersebut dapat digolongkan ke dalam empat kelompok nilai, yakni nilai positif, nilai negatif, nilai keluarga besar, dan nilai keluarga kecil.
Sebagai contoh akan dikemukakan dua nilai saja, yakni nilai positif dan nilai negatif. Nilai positif merupaka keuntungan karena memiliki anak, dinataranya:
Keuntungan emosional
Keuntungan ekonomi dan rasa aman
Pengayaan dan pengembangan diri
Identifikasi pada anak
Kemesraan keluarga dan keutuhan perkawinan
Nilai negatif adalah hal-hal yang merugikan karena memiliki anak, terdiri atas:
Beban emosional
Beban ekonomi
Berkurangnya keleluasaan dan kesempatan
Beban tenaga
Beban bagi keluarga.
Hal-hal yang bernilai positif atau negatif tersebut selanjutnya harus dijabarkan ke dalam pertanyaan atau pernyataan yang lebih operasional, berikut akan dikemukakan nilai positif dan negatif, masing-masing dua saja.
Keuntungan emosional (rasa senang, cinta, damai karena memiliki anak). Pernyataan dalam skala pengukuran:
a. Orang yang tidak mempunyai anak tidak akan dapat merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya.
b. Orang yang memiliki anak tidak akan kesepian di dalam hidupnya.
c. Kehadiran anak-anak membuat suasana rumah menjadi meriah.
Keuntungan ekonomi dan rasa aman (diperoleh dari anak berupa sumbangan ekonomis, seperti sumbangan tenaga kerja, uang, dan jaminan ekonomi di hari tua)contoh pernyataan:
a. Banyak anak, banyak rezeki.
b. Dengan banyak anak, pekerjaan di rumah menjadi ringan.
c. Anak adalah jaminan hidup di masa tua.
Beban emosional (kerugian yang didapat orang tua karena memiliki anak: rasa jengkel, ketidaktenangan pikiran dan lain-lain).
a. Memiliki anak membuat pikiran tidak pernah tenang.
b. Anak adalah sumber kecemasan dalam hidup.
c. Hidup ini akan lebih bahagia bila tidak memiliki anak.
Beban ekonomi (kerugian secara finansial). Contohnya:
a. Banyak anak, keuangan keluarga akan murat-marit.
b. Dengan memiliki anak, kemewahan hidup akan berkurang..
c. Hidup tanpa anak akan lebih menjamin ekonomi keluarga.
Setiap pernyataan tersebut disertai alternatif jawaban yang harus dipilih responden. Alternatif jawaban bisa bermacam-macam bentuknya, salah satu bentuk umum yang dipakai adalah:
a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak berpendapat (netral)
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju.
Untuk pernyataan nilai positif, jawaban tersebut dinilai dengan angka sebagai berikut:
a. Sangat setuju 5
b. Setuju 4
c. Tidak berpendapat (netral) 3
d. Tidak setuju 2
e. Sangat tidak setuju. 1
Sedangkan untuk pernyataan nilai negatif, jawaban tersebut dinilai dengan angka sebagai berikut:
a. Sangat setuju 1
b. Setuju 2
c. Tidak berpendapat (netral) 3
d. Tidak setuju 4
e. Sangat tidak setuju. 5
C. Reliabilitas Instrumen dalam Penelitian
Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan, dapat digunakan untuk beberapa penelitian berbeda dengan hasil yang konsisten sama.
Berhubung gejala sosial tidak semantap gejala fisik, maka dalam pengukuran gejala sosial selalu diperhitungkan unsur kesalahan pengukuran (measurement error). Dalam penelitian sosial, kesalahan pengukuran ini cukup besar. Karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran yang sebenarnya, kesalahan pengukuran ini sangat diperhitungkan.
Setiap hasil pengukuran sosial selalu merupakan kombinasi atau gabungan antara hasil pengukuran yang sesungguhnya (true score) ditambah dengan kesalahan pengukuran. Secara rumusan matematik, keadaan tersebut digambarkan sebagai berikut:
Xo = Xt + Xc
Xo = Angka yang diperoleh (obtained score).
Xt = Angka yang sebenarnya (true score).
Xc = Kesalahan pengukuran (measurement error).
Makin kecil kesalahan pengukuran, makin reliabel alat pengukur (instrument) tersebut. Sebaliknya, makin besar kesalahan pengukuran, makin tidak reliabel insrumen tersebut.
Besar kecilnya kesalahan pengukuran dapat diketahui antara lain dari indeks korelasi antar hasil pengukuran pertama dan kedua. Bila angka korelasi (r) dikuadratkan, hasil kuadrat ini disebut dengan 'koefisien determinasi' yang merupakan petunjuk besarnya hasil pengukuran yang sebenarnya. Makin tinggi angka korelasi, makin rendah angka kesalahan pengukuran.
***
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Validitas berasal dari kata validity yang berarti kebenaran atau keabsahan. Sedangkan menurut istilah validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Sedangkan reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti "hal dapat dipercaya" dan "hal tahan uji". Reliabilitas memiliki beberapa nama, seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi dan lain sebagainya. Sementara menurut istilah penelitian, reliabilitas adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel.
2. Validitas sebuah instrumen, menurut para ahli dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bagian, diantaranya:
a. Jenis Validitas
- Validitas konstruk
- Validitas isi
- Validitas eksternal
- Validitas prediktif
- Validitas budaya
- Validitas rupa
b. Cara Menguji Validitas
Diantaranya menggunkan tiga konsep berikut ini:
- Mencari defenisi-definisi konsep yang dikemukakan para ahli yang tertulis di dalam literatur;
- Jika tidak ada konsep, peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep dengan mendiskusikannya kepada ahli-ahli yang berkompeten di bidang konsep yang akan diukur.
- Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden, atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden.
Dari ketiga konsep tersebut, kemudian dioperasionalisasikan ke dalam pernyataan atau pertanyaan.
3. Dalam pengukuran reliabilitas, kesalahan selalu diperhitungkan. ini didasarkan pada gejala sosial yang tidak semantap gejala fisik, sehingga sering terjadi kesalahan. Makin kecil kesalahan pengukuran, makin reliabel alat pengukur (instrument) tersebut. Sebaliknya, makin besar kesalahan pengukuran, makin tidak reliabel insrumen tersebut.
B. Saran dan Kata Penutup
Penulisan makalah ini pada dasarnya masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis tidak menutup diri untuk diberi masukan dan saran. Namun demikian penulis berharap bahwa makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian dan terima kasih.
***
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, Djamaludin dalam Masri Singaribun dan Sofian Efendi, Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES, 2006.
Azwar, Saifuddin, Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006.
Djuntoro, Totok dan Bambang Suprijadi, menulis artikel & Karya Ilmiah, Bandung: Rosdakarya, 2005.
Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2003.
Partanto, Pius A. dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arbola, 2001.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta, 2008.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar